PEMERINTAH DI DESAK GAGALKAN PROYEK PLTN JEPARA

Efek dari gempa Jepara berapa hari yang lalu membuat beberapa pihak mendesak Pemerintah agar menghentikan seluruh aktivitas riset mengenai rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Semenanjung Muria Jepara.

Gempa 5,1 skala richter (SR) yang mengguncang Jepara ( akhir Oktober lalu ), adalah bukti kuat tak terbantahkan di sertai fakta bahwa PLTN Tidak Aman Dibangun di Jepara.  Seorang sumbar dari pemerhati bahaya dampak radiasi nuklir kepada JT via telepon , Rabu ( 11/ 11/ 2015 ) pukul 08.30 WIB menyatakan “.. Upaya warga yang menolak pembangunan PLTN di Jepara sangat beralasan  karena ilmu tentang semua resiko, serta bahaya Reaktor Nuklir mudah di dapat di internet. Sekarang era globalisasi Keterbukaan Informasi Publik memudahkan siapa saja bisa belajar tentang dunia. Termasuk pemberitaan dari jatengtime tentang gempa kemarin di nilai banyak pihak benar. Jadi tak ada alasan lagi pemerintah memaksakan diri untuk ngotot bangun Reaktor Nuklir di jepara. Dalam berbagai forum akademis, saya sudah seringkali mengutarakan bahwa Semenanjung Muria rawan gempa tektonik. Silahkan kalau mau ngotot, warga nanti yang akan menghalangi dan hendaknya peran Wartawan lebih berani memberitakan fakta di lapangan. Jangan sudah di kasih amplop lalu kabur. Gempur terus dengan berita yang benar…”

Hasil studi kelayakan dari berbagai pihak ternyata dapat di simpulkan terbukti secara fakta di lapangan di temukan 2 patahan, Patahan Rahtawu dan Patahan Tempur. Keduanya membujur hingga area yang menjadi titik gempa beberapa waktu lalu. Data itu berdasarkan hasil penelitian, baik yang dilakukan pada era Pemerintah Kolonial Belanda maupun hasil penelitian tim riset ITB pada 2008 menjadi dasar awal penolakan warga jepara menolak dengan keras.

. ”Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat tujuh bukti bahwa Gunung Muria masih aktif. Gempa vulkanis bisa terjadi,” tandas sumber lulusan doktoral Jerman penuh semangat. “Penolakan PLTN juga didasarkan atas ketersediaan sumber daya manusia (SDM) kusus yang memang harus mempuni di bidang nuklir. Dari segi kemampuan pengelolaan hingga kepribadian SDM kusus Nuklir Indonesia belum bisa dianggap sanggup mengelola sumber energi itu. Atas pertimbangan ini, Batan seharusnya berpikir ulang.  Dengan kata lain saat ini belum waktunya membangun PLTN di Indonesia. Urungkan semua niat membangun PLTN di Semenanjung Muria. Segala riset hendaknya dihentikan dan anggaran lebih baik dialihkan untuk riset energi lain,” urai panjang sumber kepada JT lebih jauh..

Faktor Relevansi

Mengenai krisis energi yang menjadi dasar pembangunan PLTN, menurutnya, sangat tidak relevan. ”Di negeri ini, tak akan terjadi krisis energi. Jujur saja akui yang ada adalah krisis orang yang mengelola energi. Semoga rencana pembangunan PLTN di Semenanjung Muria Jepara tak akan dilanjutkan oleh pemerintahan saat ini. pemerintahan Jokowi-JK akan mempertimbangkan kondisi geografis, SDM, hingga dampak negatif, gempa yang melanda Jepara, bulan lalu, harus dijadikan bahan pembelajaran sekaligus bukti jika Semenanjung Muria Jepara bukan tempat aman untuk PLTN. Masih banyak potensi mengatasi krisis energi, masih banyak potensi lain di Jepara yang bisa dikembangkan untuk pembangkit listrik yang aman dan ramah lingkungan. Di antaranya energi angin dan tenaga surya, Dengan besarnya potensi gempa, maka potensi terjadi kebocoran reaktor Nuklir sangat besar, bahkan kerusakan fisik reaktor nuklir juga besar. Bahaya radiasi mengancam masyarakat Jepara dan sekitarnya…” ungkap sumber mengakiri ulasanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.